Kondisi Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tebo
Selama periode 2014–2024, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo mengalami fluktuasi yang signifikan. Tahun 2014 mencatat angka tertinggi sebesar 8,83%, namun tren menurun terjadi hingga 2019 dengan pertumbuhan berkisar 4–5%. Dampak pandemi COVID-19 terlihat jelas pada 2020, saat ekonomi mengalami kontraksi sebesar -0,03%. Pemulihan mulai tampak pada 2021 (4,29%) dan mencapai puncak pasca-pandemi di 2022 (6,29%). Namun, laju pertumbuhan kembali melambat pada 2023 (4,50%) dan 2024 (3,97%), menandakan perlunya strategi berkelanjutan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
PDRB ADHB Kabupaten Tebo mengalami pertumbuhan nominal yang signifikan, dari Rp14,74 triliun pada 2020 menjadi Rp23,91 triliun pada 2024. Kenaikan ini mencerminkan pemulihan ekonomi pasca-pandemi COVID-19, dengan rata-rata peningkatan tahunan lebih dari Rp2 triliun. Namun, karena ADHB tidak memperhitungkan inflasi, peningkatan ini perlu ditinjau bersama PDRB ADHK dan laju pertumbuhan ekonomi riil untuk melihat seberapa besar pertumbuhan sebenarnya dalam hal produksi dan kesejahteraan masyarakat.
PDRB ADHK Kabupaten Tebo menunjukkan pertumbuhan ekonomi riil yang stabil, dari Rp10,16 triliun pada 2020 menjadi Rp12,23 triliun pada 2024. Peningkatan ini mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa secara nyata, terlepas dari pengaruh inflasi. Pertumbuhan ini juga sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca-pandemi, dengan peningkatan bertahap setiap tahunnya. Dibandingkan dengan ADHB, data ADHK memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kinerja ekonomi riil daerah.